Nusaibah merupakan salah seorang daripada serikandi Islam dan merupakan pejuang Muslimah Islam yang pertama. Dia turut serta dalam Perang Uhud, Perang Hudaibiyyah, Perang Hunain dan Perang Yamamah serta menyaksikan Bait al-Aqabah.
Nusaibah binti Kaab dikenal dengan julukan Ummu Umara. Nusaibah merupakan anak Kaab bin Amr dan Rabbab binti Abdullah bin Habib. Ia memiliki dua orang saudara iaitu Abdullah bin Kaab dan Abu Laila Abdurrahman bin Kaab.
Nusaibah berkahwin dengan Zaid bin Asim. Dari pernikahannya, ia memiliki dua orang anak iaitu Abdullah dan Habib. Pada suatu hari, Zaid pulang dengan gembira. Zaid bercerita, bahwa ia baru saja mendengar dari Mush'ab bin Umair, seorang penduduk Makkah utusan Muhammad bin Abdullah tentang bangkitnya seorang Rasul di kalangan kaum quraiys. Ia bercerita tentang Muhammad saw, seorang Rasul yang tetap tegar berda'wah walaupun dimusuhi kaumnya. Muhammad juga tidak tergiur dengan harta dan kedudukan yang ditawarkan kepadanya. Cerita itu sangat menyentuh hati Zaid.
Kemudian Zaid berkata,"Demi Allah, saya tidak hanya heran mendengar cerita itu, tetapi saya beriman dan bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Andaikata kedua telingamu mendengarkan cerita Mush'ab tentang Muhammad dan da'wahnya, niscaya engkau tidak akan mengingkarinya."
Mendengar perkataan suaminya, hati Nusaibah tergerak. Kemudian dengan penuh keharuan ia berkata : "Saya beriman kepada Allah sebagai illah dan Muhammad sebagai nabi." Kemudian keduanya berjanji untuk melakukan bai'at pada musim haji yang akan tiba beberapa saat kemudian.
Saat musim haji tiba, rombongan dari Madinah datang ke Mekkah. Mereka kemudian dipertemukan oleh Mush'ab dengan Rasulullah dan melakukan bai'at. Nusaibah dan suaminya termasuk orang yang ikut berbai'at kepada Nabi dalam keheningan malam di Aqabah.
Setelah peristiwa itu, Nusaibah dan suaminya beserta rombongan dari Madinah kembali pulang. Beberapa saat kemudian, Rasulullah berhijrah ke Madinah dan menjadikan Madinah sebagai pusat da'wah dan pemerintahan.
Nusaibah, suami dan kedua putranya adalah orang-orang yang senantiasa istiqomah dengan keimanan mereka dan membantu da'wah Rasulullah. Saat Perang Badar, Abdullah putranya ikut berjuang dengan gagah berani menegakkan panji-panji Islam sampai umat Islam mendapat kemenangan. Tak lama setelah kembalinya pasukan dari Perang badar, Zaid meninggal dunia
Nusaibah kemudian dilamar oleh Ghaziyah bin Amr. Dari pernikahannya dengan Ghaziyah, Nusaibah mempunyai dua orang anak iaitu Tamim dan Khawlah. Kesibukan Nusaibah mengurus rumah tangga, suami dan anak-anaknya tidak membuatnya mengurangi perannya dalam da'wah dan perjuangan umat Islam.
Nusaibah bersama suami dan putra-putranya ikut dalam Perang Uhud, Peristiwa Hudaybiah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka. Lebih dari itu, ia juga terjun ke medan perang dan mengangkat senjata untuk melindungi Rasulullah saw. Pada perang Uhud, Nusaibah menderita dua belas luka pada tubuhnya dengan luka paling parah di bagian lehernya. Bahkan pada Perang Yamamah, selain mendapat sebelas luka, tangannya juga terpenggal oleh musuh.
Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, sebahagian kaum muslimin kembali murtad dan enggan berzakat. Abu Bakar as-shiddiq yang menjadi khalifah pada waktu itu segera membentuk pasukan untuk memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah dan menunjuk Habib sebagai utusannya. Musailamah memerintahkan Habib untuk menyatakan bahwa ia adalah utusan Allah. Namun Habib menolaknya dengan alasan bahwa ia tuli.
Musailamah yang merasa marah akhirnya menyiksa Habib dengan memotong anggota tubuhnya satu persatu sampai syahid. Meninggalnya Habib meninggalkan luka yang dalam di hati Nusaibah. Pada Perang Yamamah, Nusaibah dan puteranya Abdullah ikut memerangi Musailamah sampai ia tewas di tangan mereka berdua.
Beberapa tahun setelah peristiwa Perang Yamamah , Nusaibah meninggal dunia. Sedangkan Abdullah anaknya syahid bertahun-tahun kemudian saat mempertahankan Kota Madinah. (Inayati)
Nusaibah di Perang Uhud
Ketika Perang Uhud, Nusaibah keluar memberi minum kepada pasukan Muslimin yang kehausan dan merawat mereka yang mendapat luka. Apabila tentera Islam menjadi terdesak dan lari dari medan perang, cuma ada seratus orang sahaja yang tetap bertahan dan Nusaibah adalah salah seorang yang menghunuskan pedang serta memakai perisai bagi melindungi Rasulullah dari dikejar musuh.
Kesungguhan Nusaibah melindungu Rasulullah begitu hebat, inggakan Rasulullah berkata, “Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku.”
Ketika itu, anaknya Abdullah luka parah ditikam musuh. Dia mengikat luka anaknya lalu berkata, “Bangun wahai anakku.” Anaknya itu terus bangun dan melawan tentera musuh.
Rasulullah yang melihat peristiwa itu merasa terharu. “Wahai Ummu Imarah, siapakah yang mampu berbuat seperti mana yang engkau lakukan?” kata Rasulullah kepadanya.
Ketika tentera musuh yang menikam anaknya itu menghampiri, Rasulullah berkata kepadanya, “Ini dia orang yang telah melukakan anakmu.” Nusaibah menghampiri orang itu dan menikam betisnya dengan pedang.
“Ya, Ummu Imarah! Engkau berjaya membalasnya,” kata Rasulullah sambil tersenyum melihat kesungguhan Nusaibah.
Kemudian, Nusaibah dengan bantuan beberapa tentera Muslimin berjaya membunuh orang itu. Melihatkan keadaan ini, Rasulullah berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menenangkanmu dan menggembirakan hatimu daripada musuhmu serta memperlihatkan balas dendammu dihadapanmu.”
Ketika Perang Uhud ini, Nusaibah mengalami luka yang banyak, terutamanya di bahagian bahu. Rasulullah memeriksa lukanya lalu meminta Abdullah, anaknya untuk mengikat luka tersebut sambil berkata, “Semoga Allah sentiasa memberkati dan merahmati kamu semua.”
Nusaibah mendengar kata-kata Rasulullah itu. “Ya Rasulullah! Mohonlah kepada Allah agar kami boleh menemanimu di syurga nanti,” kata Nusaibah.
Maka Rasulullah pun berdoa, “Ya Allah! Jadikalnlah mereka semua ini penemanku di syurga kelak.”
“Aku tidak akan mengeluh setiap musibah yang menimpa diriku di dunia ini,” kata Nusaibah sebagai membalas.
Nusaibah di Perang Yamamah
Perang terakhir yang diikuti oleh Nusaibah ialah Perang Yamamah. Perang ini berlaku ketika pemerintahan Khalifah Abu Bakar As-Siddiq bagi memerangi orang-orang murtad yang diketuai oleh Musailamah al-Kazzab.
Nusaibah berperang dengan sesungguh hatinya walaupun ketika itu sebelah tangannya telah putus. Ketika tentera Islam berjaya membunuh Musailamah dan para pengikutnya, dia bersujud kepada Allah sebagai tanda kesyukuran akan berakhirnya fitnah tersebut.
Nusaibah punya karamah.
Nusaibah dikurniakan Allah dengan pelbagai kelebihan yang tiada pada orang lain. Ketika Rasulullah mencukur rambutnya di al-Hudaibiyyah, para sahabat berusaha mendapatkan rambut tersebut. Nusaibah mengambil beberapa helai rambut dan air cucian rambut ini digunakan oleh pesakit untuk mandi dan minum. Dengan izin Allah, pesakit itu sembuh.
Tangannya sebelah telah putus ditetak musuh semasa Perang Yamamah. Apabila ada orang yang sakit datang menemuinya, Nusaibah akan mengusap si pesakit menggunakan tangannya yang kudung itu sambil berdoa supaya sembuh. Dengan izin Allah, pesakit itu sembuh.
0 tautan:
Catat Ulasan